Strategi Anti-Bosan: Memadukan Inquiry dan Discovery Learning untuk Pembelajaran yang Lebih Aktif dan Bermakna
Pernahkah merasa suasana kelas cenderung monoton? Materi yang disampaikan satu arah dari guru, siswa mendengarkan, mencatat, dan sesekali bertanya. Gaya mengajar seperti ini memang lumrah, tapi kadang bisa membuat siswa cepat bosan, apalagi untuk materi yang kompleks. Hasilnya? Pemahaman jadi kurang mendalam dan minat belajar pun menurun.
Nah, bagaimana kalau kita coba strategi yang berbeda? Yaitu dengan memadukan Inquiry Learning dan Discovery Learning. Kedua metode ini berpusat pada siswa dan mendorong mereka untuk aktif mencari tahu serta menemukan konsep sendiri. Dijamin, kelas jadi lebih hidup dan pembelajaran lebih bermakna!
Mengenal Lebih Dekat: Inquiry vs. Discovery Learning
Sekilas, kedua metode ini memang mirip, tapi ada sedikit perbedaan dan keduanya bisa saling melengkapi:
-
Inquiry Learning (Pembelajaran Inkuiri):
- Fokus utama: Mengembangkan keterampilan bertanya, menyelidiki, dan menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul dari siswa itu sendiri (atau dirangsang oleh guru).
- Peran siswa: Lebih aktif merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, hingga menarik kesimpulan. Siswa seperti seorang ilmuwan cilik yang sedang meneliti.
- Peran guru: Sebagai fasilitator, pembimbing, dan penyedia sumber daya. Guru mendorong siswa untuk bertanya dan memandu proses penyelidikan.
-
Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan):
- Fokus utama: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri suatu konsep atau prinsip melalui data atau contoh yang diberikan oleh guru.
- Peran siswa: Menganalisis, mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, dan membuat generalisasi dari informasi yang ada.
- Peran guru: Menyajikan masalah, contoh, atau data yang relevan dan terstruktur agar siswa bisa menemukan konsep yang diinginkan. Guru menciptakan lingkungan yang memicu penemuan.
Intinya, jika Inquiry lebih menekankan pada "mengajukan pertanyaan dan mencari tahu jawabannya," maka Discovery lebih fokus pada "menemukan pola atau konsep dari informasi yang ada." Keduanya sama-sama melatih siswa berpikir mandiri dan kritis.
Strategi Memadukan Inquiry dan Discovery Learning di Kelas
Memadukan kedua metode ini bisa jadi kombinasi ampuh untuk menciptakan pengalaman belajar yang mendalam. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda coba:
-
Tahap Awal: Membangkitkan Rasa Ingin Tahu (Inquiry Dulu!)
- Ajukan Pertanyaan Pemicu: Mulailah dengan pertanyaan terbuka yang merangsang rasa ingin tahu siswa. Pertanyaan ini harus bisa dipecahkan melalui penyelidikan.
- Contoh: "Mengapa ya, bangun datar yang kelilingnya sama, bisa punya luas yang berbeda?" (Untuk topik luas dan keliling).
- Biarkan Mereka Berhipotesis: Dorong siswa untuk mengajukan dugaan sementara atau hipotesis terhadap pertanyaan tersebut. "Menurut kalian, kenapa begitu?" Ini melatih berpikir kritis mereka.
- Diskusi Awal: Ajak siswa berdiskusi singkat mengenai ide-ide awal mereka. Ini juga kesempatan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal mereka.
- Ajukan Pertanyaan Pemicu: Mulailah dengan pertanyaan terbuka yang merangsang rasa ingin tahu siswa. Pertanyaan ini harus bisa dipecahkan melalui penyelidikan.
-
Tahap Tengah: Eksplorasi dan Penemuan Konsep (Discovery Masuk!)
- Sediakan Bahan dan Petunjuk: Setelah hipotesis, berikan siswa "bahan mentah" untuk diolah. Ini bisa berupa data, benda konkret, lembar kerja yang berisi serangkaian tugas, atau bahkan akses ke simulasi online.
- Contoh: Untuk topik luas dan keliling, berikan mereka tali dengan panjang yang sama, kertas petak, dan minta mereka membuat berbagai bentuk dengan keliling tali tersebut, lalu hitung luasnya.
- Biarkan Mereka Menjelajahi: Beri siswa waktu untuk secara mandiri atau berkelompok melakukan percobaan, mengamati pola, mencatat hasil, dan mencari hubungan antara data yang mereka temukan. Guru bertindak sebagai fasilitator yang berkeliling, memberikan clue jika ada hambatan, tapi tidak langsung memberi tahu jawabannya.
- Bimbing Menuju Penemuan: Arahkan mereka dengan pertanyaan-pertanyaan (bukan jawaban langsung!) yang membantu mereka menyadari konsep atau prinsip yang ingin Anda ajarkan. "Apa yang kalian lihat dari semua bentuk ini?", "Ada pola apa yang muncul dari luas yang kalian hitung?"
- Sediakan Bahan dan Petunjuk: Setelah hipotesis, berikan siswa "bahan mentah" untuk diolah. Ini bisa berupa data, benda konkret, lembar kerja yang berisi serangkaian tugas, atau bahkan akses ke simulasi online.
-
Tahap Akhir: Merumuskan dan Mengaplikasikan (Inquiry dan Discovery Berpadu)
- Rumuskan Konsep: Setelah eksplorasi, minta siswa untuk merumuskan sendiri konsep atau prinsip yang mereka temukan. Biarkan mereka menggunakan bahasa mereka sendiri terlebih dahulu sebelum guru menyajikan definisi formal.
- Verifikasi dan Konfirmasi: Di sini guru bisa mengkonfirmasi penemuan siswa, meluruskan jika ada kesalahpahaman, dan menyimpulkan pembelajaran.
- Aplikasi dan Refleksi: Berikan latihan atau proyek lanjutan yang memungkinkan siswa mengaplikasikan konsep yang baru ditemukan dalam konteks yang berbeda. Ajak mereka merefleksikan proses belajar mereka. "Apa yang paling sulit?", "Apa yang paling menarik?", "Bagaimana kalian akan menggunakan konsep ini di kehidupan sehari-hari?"
Memadukan Inquiry dan Discovery Learning memang membutuhkan persiapan lebih dari guru, mulai dari merancang pertanyaan pemicu, menyiapkan bahan ajar, hingga strategi memfasilitasi. Namun, hasil yang didapat akan sebanding: siswa yang aktif, kritis, mandiri, dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi.
Tidak ada lagi cerita bosan di kelas! Yuk, kita jadikan setiap pelajaran matematika sebagai petualangan seru untuk menemukan ilmu baru. Semangat mencoba, para pendidik hebat!
Komentar
Posting Komentar